Judul : Mockingjay
Penulis : Suzanne Collins
Penerjemah : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama (GPU)If We Burn, You Burn With Us
Distrik 12 telah hancur menjadi abu, kini Katniss dan para penduduk dari Distrik 12 yang selamat mengungsi ke Distrik 13. Setelah diyakinkan, akhirnya Katniss mau menjadi Mockingjay, simbol pemberontakan. Sebagai gantinya, dia ingin agar para peserta yang selamat di Hunger Games diberikan kekebalan hukum.
Sementara itu Peeta dan peserta Hunger Games yang ditangkap berhasil dibebaskan oleh Gale. Tapi Peeta ternyata sudah dicuci otak oleh Capitol agar membenci Katniss. Dengan berbagai cara, akhirnya Peeta terpaksa harus disembuhkan agar tak membahayakan semua orang. Sementara itu, pelan-pelan pasukan pemberontak berhasil mengambil alih distrik-distrik..dan mereka siap menyerang Capitol. Berhasilkah?
Sejujurnya ekspektasi saya ketika pertama kali membaca buku ini dalam edisi English adalah melihat Katniss membantai Penjaga Perdamaian dan mengalahkan Presiden Snow mengingat kebrutalan dalam 2 buku sebelumnya. Tapi ternyata saya disuguhi oleh pergulatan batin Katniss selepas 2 kali menjadi peserta Hunger Games. Bagaimana tersiksanya dia hingga kecanduan morfin, atau terus menerus dihantui perasaan bersalah. Saya ikut terseret dalam kesedihan dan benar-benar bersimpati kepada Katniss. Ya, saya ikut membayangkan bagaimana kalau saya di sisi Katniss, apakah akan bunuh diri atau mabuk-mabukan atau mungkin langsung gila. Buku ini secara konsisten mengritik tentang kesia-siaan perang. Seperti kata Peeta :
Kita hampir punah karena saling membunuh. Apakah ini yang sungguh-sungguh kita inginkan? Memusnahkan satu sama lain?
Jujur saja, buku terakhir ini sedih banget.. Walau tak sesuai ekspektasi saya, saya cukup puas dengan keseluruhan buku ini.
Rating : 4/5
Sementara itu Peeta dan peserta Hunger Games yang ditangkap berhasil dibebaskan oleh Gale. Tapi Peeta ternyata sudah dicuci otak oleh Capitol agar membenci Katniss. Dengan berbagai cara, akhirnya Peeta terpaksa harus disembuhkan agar tak membahayakan semua orang. Sementara itu, pelan-pelan pasukan pemberontak berhasil mengambil alih distrik-distrik..dan mereka siap menyerang Capitol. Berhasilkah?
Sejujurnya ekspektasi saya ketika pertama kali membaca buku ini dalam edisi English adalah melihat Katniss membantai Penjaga Perdamaian dan mengalahkan Presiden Snow mengingat kebrutalan dalam 2 buku sebelumnya. Tapi ternyata saya disuguhi oleh pergulatan batin Katniss selepas 2 kali menjadi peserta Hunger Games. Bagaimana tersiksanya dia hingga kecanduan morfin, atau terus menerus dihantui perasaan bersalah. Saya ikut terseret dalam kesedihan dan benar-benar bersimpati kepada Katniss. Ya, saya ikut membayangkan bagaimana kalau saya di sisi Katniss, apakah akan bunuh diri atau mabuk-mabukan atau mungkin langsung gila. Buku ini secara konsisten mengritik tentang kesia-siaan perang. Seperti kata Peeta :
Kita hampir punah karena saling membunuh. Apakah ini yang sungguh-sungguh kita inginkan? Memusnahkan satu sama lain?
Jujur saja, buku terakhir ini sedih banget.. Walau tak sesuai ekspektasi saya, saya cukup puas dengan keseluruhan buku ini.
Rating : 4/5