Selasa, 16 Agustus 2011

Ever Bloom, Si Pembaca Pikiran Orang

Judul                           : Evermore (Immortals #1)                   
Penulis                        : Alyson Noel
Penerjemah                 : Reni Indardini
Penyunting                   :Suhindrati A. Shinta
Penyelaras Aksara       : Ananta, Sari Abdinegari
ISBN                          :978-979-433-599-4
Halaman                      :396
Terbit                          :November 2010, Mizan Fantasi

Sebelum Damen hadir, aku mengundurkan diri ke dalam takdir hidup menyendiri. Bukannya aku senang dengan bayangan tidak pernah lagi memiliki seorang kekasih, untuk tidak pernah lagi menjalin kedekatan dengan orang lain. Namun bagaimana mungkin aku bisa berkencan ketika sentuhan saja membuatku kewalahan?

Sebuah kecelakaan menimpa keluarga Ever Bloom, membuatnya kehilangan semua orang yang dicintainya, ayah, ibu dan adiknya, Riley. Sejak saat itu pula ia memiliki kemampuan untuk melihat aura dan membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya saja. Tak hanya itu, dia bisa melihat arwah Riley.Hal itu dianggap Ever sebagai kutukan, dia merasa bersalah terhadap kematian keluarganya sehingga ia menutup diri dibalik jaket bertudung dan iPodnya. Semua itu berubah dengan kehadiran Damen, si ganteng misterius yang masuk ke sekolah yang sama dengannya. Semua gadis di sekolah terpesona oleh ketampanannya, termasuk Ever, tapi bukan ketampanannya yang membuat Ever terpesona, tapi aura yang tidak mempunyai. Bagaimana mungkin, manusia seharusnya memiliki aura, tapi Damen tidak.

Damenlah orang yang membuat telapak tanganku berkeringat, perutku mulas, dan bias dibilang dialah yang selalu mengisi pikiranku!

Ya, Damen yang sempurna, yang sanggup membungkam kebisingan dan energi acak di kepala Ever. Sejak saat itu Ever bertekad untuk mengetahui siapa Damen sebenarnya. Lalu, siapakah Damon sebenarnya?


Membaca buku ini pasti akan membuat orang membanding-bandingkan dengan Twilight saga, saya pun tak memungkiri, dengan alur cerita yang hamper bisa dikatakan sama dengan buku seniornya itu. Yah soal selera, saya memang tidak terlalu suka dengan karakter Ever yang menye-menye itu, sungguh bikin saya geregetan, dan itu yang membuat saya agak lama menuntaskan novel yang (seharusnya) hanya 2 hari bisa saya tuntaskan, kenapa sih harus menyalahkan diri sendiri, toh kematian adalah takdir Tuhan kan? Dan baru kali ini, ¾ isi buku saya dibuat penasaran akan Damon, keanehan-keanehan dalam diri Damen sempat membuat saya berpikir jangan-jangan si Damen ini ***, tapi ternyata saya salah. Jadi, siapa Damen? Baca aja bukunya. hehehe


1 komentar:

  1. Ada kuis review, Ian:
    http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-72/lomba-estafet-review-buku-diperpanjang.html

    BalasHapus